Minggu, 23 Maret 2014

Jujur, Kunci Sukses

Ada kata bijak yang perlu direnungkan bersama, “Berawal dari kejujuran maka akan berakhir dengan kebahagiaan”. Kata-kata ini cukup sederhana, tetapi jika direnungkan, memiliki makna yang cukup dalam.
Dalam berbagai penelitian, jujur menempati urutan pertama dalam menentukan kesuksesan seseorang. Namun sayang, justru saat ini kejujuran menjadi barang yang langka. Bahkan sulit ditemukan di sekeliling kita.

Masih hangat dalam ingatan kita saat ujian nasional SD terjadi kasus yang menghebohkan Kota Surabaya bahkan Jawa Timur. Kasus itu bermingu-minggu menghiasi halaman koran nasional. Kecurangan ujian nasional yang berujung pada kerugian untuk banyak fihak. Ini menjadi terapi dan menjadi pelajaran bagi semua pihak yang mencoba untuk menggadaikan kejujuran.
Apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang menggadaikan kejujuran? Padahal jelas bahwa kejujuran menjadi kunci kesuksesan seseorang. Ini pertanyaan yang simpel dan perlu untuk direnungkan bersama. Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang berlaku tidak jujur.
Pertama, orang berani menggadaikan kejujuran karena rasa takut. Dari rasa takut ini maka tumbuh einginan untuk tidak jujur. Takut jangan-jangan ananya tidak lulus ujian. Takut jangan-jangan sekolah hasilnya kalah dengan sekolah lain. Takut jangan-jangan kalau nilainya jelek dimutasi, dll. Perasaan takut inilah yang paling dominan tumbuhnya ketidakjujuran.
Orang tua yang suka marah-marah kepada anak menyebabkan anak takut. Ketika anak sudah mulai tumbuh rasa takut, maka akan berusaha untuk mencari banyak alasan agar tidak kena marah. Ketika alasan pertama lolos maka besok akan mencari alasan yang lain. Dengan terbiasa untuk mencari alasan, maka anak sudah terbiasa dengan ketidakjujuran. Akhirnya alasan ketidakjujuran akan menjadi hebit atau kebiasaan dan ini sangat berbahaya.
Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa 99% penyebab kegagalan adalah berasa dari orang yang mempunyai kebiasaan membuat alasan. Karena sesungguhnya alasan itu berakar dari ketidakjujuran.
Masih sedikit diantara kita yag mau mengawal kejujuran anak. Padahal itu adalah potensi dasar yang sudah dimiliki oleh anak, tetapio saat ini sudah mulai dirobohkan oleh orang-orang dewasa di sekitarnya. Alasannya sukup sederhana, yaitu untuk kepentingan orang-orang dewasa.
Ketika pertama kali orang tua atau guru mengajarkan ketidakjujuran kepada anak, mungkin hal yang biasa. Bahkan oleh orang tua atau guru menganggap itu biasa. Tetapi bagi seorang anak itu sangat berat. Jika hal yang berat itu terjadi berkali-kali, maka akan menjadi ringan dan menjadi pembiasaan. Jika demikian, maka orang tualah yang memiliki andil menghancurkan masa depan anak-anaknya sendiri.
Kedua, orang berani menggadaikan kejujuran karena keserakahan. Banyak orang yang berani berbuat curang karena sifat serakah, ingin menumpuk-numpuk kekayaan. Dan tidak sedikit mereka berujung dengan kenistaan. Jangankan di akhirat di duniapun mengalami petaka. Ini pun sebenarnya muncul dari rasa takut, yaitu takut menghadapi hidup.
Banyak anak yang cerdas dengan nilai yang gemilang, itu tidak menjamin anak kelak menjadi sukses. Banyak anak yang terlahir dari orang tua yang kaya, itu juga tidak menjamin anak kelak akan menjadi sukses. Kesuksesan tidak terletak pada kecerdasan yang dimiliki. Begitu juga keturunan, tidak menjadi kesuksesan seseorang. Justru kesuksesan lebih banyak ditentukan oleh mental seseorang. Jika sejak kecil sudah memiliki mental positif, maka kelak akan tumbuh menjadi manusia yang sukses. Siap menghadapi tantangan dengan modal kejujuran, kemampuan, dan ketangguhan.

http://najibsulhan.blogspot.com/2011/07/jujur-kunci-sukses.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar